Kamis, 07 Februari 2019

Tenaga Kerja Kini Banyak di Butuhkan Daerah Morowali

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) , Nawir Messi mengemukakan bagian ketenagakerjaan adalah satu diantaranya soal yg kerap diresahkan banyak investor.
" Hingga ini hari, banyak investor itu protes pertamanya. Jadi senantiasa tenaga kerja berubah menjadi protes, " ujarnya, dalam diskusi, di Jakarta, Kamis (7/2) .
" Bila ada lis, daftar reform yang wajib dilaksanakan (buat menambah investasi) saya usulkan tenaga kerja yg pertama. Lantaran beban terhadap industri demikian besar, " ujarnya.
Menurutnya, perkembangan penghasilan tenaga kerja di Indonesia makin lebih cepat ketimbang produktivitas industri. Masalah ini semestinya memberatkan investor.
" Joke-joke di luar negeri bila kenal dekat dengan investor berikut, 'Ada gak sich bagian sektor investasi di Indonesia yg tak usah gunakan tenaga kerja? Saya pengin datang'. Karena amat susahnya permasalahan tenaga kerja di Indonesia, " papar Nawir.
" Bila ada utak-atik data yg manakah yg tambah cepat pertumbuhannya penghasilan tenaga kerja atau produktivitas. Saya sangat percaya penghasilan tenaga kerja yg tambah cepat tumbuh. Is it normal. Coba bertanya negara beda bila ada yg demikian, " lanjut ia.
Sebab itu, ia berharap Pemerintah, lewat Kementerian Tenaga Kerja serta Transmigrasi (Kemnakertrans) buat mengevaluasi peraturan di bagian ketenagakerjaan.
" Ini saya sangka Kemenaker udah waktunya buat menyaksikan kembali apa rezim ketenagkerjaan yg ada kini tetap friendly buat menarik investor atau mungkin tidak. Jangan-jangan metode ketenagkerjaan kita ini malahan berubah menjadi constrain untuk investor terlebih invstor asing, " tandas ia
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengasumsikan perkembangan investasi bakal melambat pada tahun ini. Satu diantaranya sejalan berlangsungnya Penentuan Umum (Pemilu) serentak pada April 2019.
Baca Juga : harga kanopi
harga polycarbonate
Ekonom Senior Indef, Nawir Messi mengemukakan, penurunan investasi bakal merasa pada semester I-2019. Pada periode ini, investor tetap akan tunggu serta menyaksikan situasi Indonesia mendekati implementasi Pemilu. ‎
" Saya sangka bila kita lihat semester I pastinya tak kan bekerja dengan baik. Tahun politik investor wait and see. Menyaksikan apakah yg berlangsung sehabis Pemilu, " kata ia di Jakarta, Kamis (7/2/2019) .
Menurutnya, gerakan investasi peluang baru bakal merasa di semester II atau masa implementasi Pemilu. Tetapi, investor terus bakal menyaksikan situasi dalam negeri jadi basic buat hendak memutuskan investasi di Indonesia.
" Sehabis pemilu saya sangka investor bakal mengerjakan decision, pengin senantiasa masuk atau mungkin tidak. Namun kami ingin semester II, mulai Juli ke depan bakal ada perubahan-perubahan dalam iklim kita, " ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar